Solo, NU Online
Forum Silaturahmi Masyarakat Surakarta (FOSMAS) menggelar Silaturahmi Alim Ulama dan Dialog Kebangsaan di lantai lima Hotel Agas, Surakarta, Jawa Tengah, Senin (16/7) siang.
Pertemuan silaturahmi ini menghadirkan Romo Kiai Abdurrazak dari PP. Almuayyad, Solo, Romo Kiai Mukhossis Nur, dari PP. Raudlatut Thalibin, Banyumas, dan Kiai Abdullah, Katib Syuriah Cabang Sukoharjo.
Forum Silaturahmi Masyarakat Surakarta (FOSMAS) menggelar Silaturahmi Alim Ulama dan Dialog Kebangsaan di lantai lima Hotel Agas, Surakarta, Jawa Tengah, Senin (16/7) siang.
Pertemuan silaturahmi ini menghadirkan Romo Kiai Abdurrazak dari PP. Almuayyad, Solo, Romo Kiai Mukhossis Nur, dari PP. Raudlatut Thalibin, Banyumas, dan Kiai Abdullah, Katib Syuriah Cabang Sukoharjo.
Dalam rangka peringatan harlah GP. Ansor, mereka menguraikan tentang posisi kiai dalam konteks kebangsaan. “Ponpes Almuayyad di masa pergerakan kemerdekaan silam, menjadi pos tentara Hizbullah,” ungkap Romo Kiai Abdurrazak.
Romo Kiai Abdurrazak yang cukup sepuh ini, bercerita banyak tentang pergerakan kiai di Solo. Peran kiai di kota ini, sangat nyata. Untuk mengelabui Belanda, para kiai bersama santri di Solo mengusung keranda jenazah keluar dari masjid sambil mengumandangkan takbir. Isi keranda yang dinilai mayat itu, berisi puluhan senjata api, katanya.
Sedikitnya 70 orang menghadiri forum dialog tersebut. Mereka berasal dari pelbagai kalangan. Tampak pula seorang pria muda mengenakan jas biru PMII. Kecuali itu, seorang ibu muda memakai gaun seragam Fatayat NU.
Sementara Romo Kiai Mukhossis Nur, menceritakan tentang patriotisme kiai zaman pergerakan. Jiwa kepahlawanan mereka, hanya berbekal keikhlasan dalam mengabdi kepada tanah air.
Kiai Amir Fatah, satu dari kiai yang berjuang zaman pergerakan kemerdekaan. Kiai Amir Fatah yang tidak lain adalah kakak ipar Romo Kiai Mukhossis Nur, seorang kiai muda satu-satunya yang mendapat izin berperang oleh gurunya menuju Surabaya, kata Romo Kiai Mukhossis.
Saat beberapa meriam menghantam dirinya, semua orang sepakat bahwa nyawa Kiai Amir Fatah takkan selamat. Namun, Keikhlasan, ketulusan, dan ketakwaannya, memberikannya umur panjang. Nama Kiai Amir Fatah kemudian diambil sebagai nama masjid di Korea Selatan yang diresmikan oleh Bung Karno, tutup Romo Kiai Mukhossis dari Banyumas.
Dialog ini digelar dalam rangka meneguhkan kembali semangat keulamaan di jiwa para pemuda NU. Dengan melacak kembali jejak para kiai terdahulu, kaum muda NU dapat bercermin darinya.
Sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38815-lang,id-c,nasional-t,Fosmas+Gelar+Dialog+Kebangsaan-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar